Jumat, 07 November 2014

KAMUS BAHASA GAUL

KAMUS BAHASA GAUL 

Belakangan ini banyak banget bahasa gaul yang kita denger, dan agak ga nyambung aja kalo kita ga ngerti ucapan mereka. Bahasa gaul ini ga harus kita pake sih, tapi kalo buat seru-seruan ya ga apa-apa juga....

Barikut adalah beberapa bahasa gaul yang gue mau posting...

Ani-ani = anak-anak
Apose = Apa
Beyong = Bayar
Bronies = Brondong Manis
Campina = kampungan
Capcus = cepet
Cucok = keren
Diana = Dia
Dimandose = Dimana
Duta = Diut
Ember = Emang
Esong = Hisap
Gadun = Om-Om 
Gedes, Gedong = Besar
Gejongan =Gajian
Gembala = Gemuk
Jelong = jelek
Jengong = jangan
Kasmina = Kasian
Keles = Kali
Kelewong = keluar
Ngondek = Fenimin 
Kelinci = kecil
Kenti = alat kelamin laki-laki
Kerajaan = Kerja
Kursi Roda = kurus
Lamreta = Lama
Lekong, Lekes = Laki, Pria
Lepi'in = Lialin
Maharani, Maharatu, Mehong = Mahal
Maho = Manusia Homo
Makarena, Makarenong = Makan
Mawar = Mau
Meki = alat kelamin perempuan
Mursida, Mursid = Murah
Ngewita = Make love 
Peres = Bohong
Pewong, Prempewi = perempuan 
Polesong, Polela = Polisi
Sapose = Siapa
Sekong, Sakinah = Sakit
Sindang = sini
Subarmer = Customer
Sutra = Sudah
Takara = Takut
Tinta =  Tidak
Tuir = Tua
Udin = Sudah
Yeij = Kamu 

Ya sekian dulu postingannya, setidaknya itu sedikit kata-kata yang biasa saya dengar, meski cuma sedikit semoga bermanfaat.
Indahnya berbagi.

MANUSIA BERHATI MALAIKAT



Manusia
Berhati Malaikat…

BRAAAKKK!! Braakkk!!! Braaakkk!!! “Buka pintu! Cepat, buka! Buka!! Buka!!!” Caesar menggedor-gedor pintu busway dengan keras. Penumpang yang tengah berdesakan spontan melihat kearahnya. Busway yang baru saja berhenti di Sarina, Jakarta Pusat, terpaksa berhenti lagi dan membukakan pintu untuknya.

“Ada apa, Mas? Kalau mau turun bisa di koridor depan!” Larang petugas pengaja pintu busway kesal melihat penumpang yang tidak tahu aturan itu. 

Namun, Caesar tidak memperdulikannya.

“Tahan!!” Caesar ke luar dengan cepat dan menarik kerah baju penumpang yang baru saja turun. Tanpa basa-basi ia menjotos wajah penumpang itu, buk! Buk! Buk!

“Aawww…!!!!” cewek-cewek histeris!

Sebagian orang  ke luar melihat yang terjadi.

“HEII!!! Apa-apaan ini?!” pria bertampang innocent dan berseragam kantor itu tidak kuasa melawan Caesar hingga wajahnya menjadi korban pemukulan.

“Kembalikan!” teriak Caesar marah.

“Kembalikan apa?”

“Dompet!!” tandas Caesar cepat.

“Dompet apa?”

“Jangan lu kira gua ga tau lu ambil apa di dalam!!”

“Dompet apa?! Saya bukan copet…!!!!”

Caesar menggeledah saku celana samping pria itu dan mengambil dompet pink dari dalam,“ini bukan punya lu ‘kan?!”

“I-i-itu….” pria itu gelagapan.

“Gua tahu dompet siapa yang lu ambil ini!” Caesar menyeret kasar kerah baju lelaki yang dianggapnya copet. Mereka masuk kembali ke dalam busway sementara penonton mengikutinya.

“Dia yang lu curi tadi!” Caesar menghadapkan pria itu pada seorang gadis. Kesya terkejut bukan main, ia merasa tidak kehilangan sesuatu. Sejak tadi Kesya berusaha tidak peduli pada kegaduhan itu. Ia  menggunakan earphone mendengarkan musik di Black­Berrynya guna menghindari jenuh berdesakan dengan penumpang lain di dalam bus. Tidak menyangka keributan itu ternyata berhubungan dengannya.

“Apa kamu kehilangan sesuatu, tidakkan?!” pria yang dicengkram kerah bajunya berdalih. 

Kesya mencopot earphone, “hah, apa?”

“Kamu merasa kehilangan sesuatu? Ngga ‘kan!” tanya pemuda berpakaian kantor itu lagi menegaskan.

“Sesuatu? Saya aman-aman saja…” jawab Kesya polos.

Masyarakat gaduh, “salah kali…?!”

“Makanya jangan asal pukul orang…”

“Iya salah kali tuh…”

“Jangan main hakim sendiri dong…!”

“Selidiki dulu baru bertindak…!”

“Wuuuuu….!!”

Pemuda berseragam kantor terbela, ia berada di atas angin, “siap-siap, Mas. Saya akan menuntut anda!”

“Kamu yakin tidak kehilangan sesuatu…?”  Caesar bertanya lagi, sayang tak ada keraguan di wajah polos gadis itu.

“Ngga, saya baik-baik aja?! Apanya yang hilang…?”  Kesya menggeleng. Melihat Caesar begitu yakin, ia terpaksa mengecek barang-barangnya di tas. Bahkan ia menunjukkan isi tasnya pada Caesar, “liat aja semua barang saya ada…”

“Huuuuuu…!” Massa makin gaduh.

“Anda telah menjatuhkan nama baik saya di depan umum! Saya tidak terima ini! Saya akan menuntut anda di pengadilan!” lelaki itu  berusaha melepaskan cengkraman Caesar di kerah bajunya. Tapi Caesar tidak mau melepaskannya. Malah semakin orang itu berontak semakin kuat Caesar mencengkramnya. Caesar tidak mau orang itu melarikan diri…..

“Lepaskan saya!” lelaki itu terus berontak.

“DIAM!!!” bentak Caesar lebih keras. Semua diam. Sunyi. Lalu ia bertanya lagi pada Kesya dengan lembut, “periksa yang benar, apa kamu kehilangan sesuatu…?”

“Kan udah dibilang, saya ngga kehilangan apa-apa. Dari tadi saya aman-aman aja! Iiihhh, gimana sih nih orang…” Kesya mengecek isi tasnya sekali lagi, “semua barang-barang saya ada…utuh!”

“Cek yang benar, Sya. Siapa tau aja dia benar,” celetuk Raka teman kuliah Kesya yang berdiri di sebelahnya.

“Iiiihhhh, Raka. Gimana sih, orang ngga ada yang ilang kok. Nih hape gua. Nih tas gua. Ada semua…” Kesya menghentakkan kakinya di lantai bus. Merengek manja ke sahabatnya. Ia malu dilihat orang.

“Dengar’kan?! Dia tidak kehilangan apa-apa?!” pemuda tertuduh marah dan menatap geram Caesar.     

“Mas, salah orang kali…” Kesya yakin barangnya lengkap.

Caesar mengeluarkan dompet yang dari tadi disimpannya. Dompet warna pink dengan gambar panda memakan rumput, “ini dompet siapa? Punya kamu’kan?”

Kesya terbelalak melihatnya. Benda itu amat dikenalnya. Refleks ia mencari-cari dompet di dalam tasnya. Namun dompetnya tidak ada. Hilang. Kesya meraih dompet itu, “ya ampuuunnnn….!!! Ini kan dompet aku…kok bisa siiih?!!”

“Saya liat dari tadi copet ini mepet kamu terus. Tampangnya memang terlihat baik-baik tapi itu tidak menjamin dia orang baik. Dari gelagat mencurigakan dengan mendesak-desak seharusnya kamu sudah mulai curiga. Tapi kamu malah asik dengerin musik jadi tidak terasa dompet diambil. Untung sempat saya lihat…!”

“Aduuuhhh. Makasih ya, Mas…” Kesya jadi malu pada semua. Malu sekali tapi untung dompetnya kembali. Massa yang tadi menyalahkan Caesar berbalik sudut pandang menyalahkan pencuri.

“Sial!” saat semua lengah atas perubahan situasi yang terjadi si copet memanfaatkan kesempatan berontak dan berhasil lari secepat kilat. Ia melompat dari koridor terus ke jalan raya. Laju lalu-lintas pun terganggu. Kacau. Ia terus berlari. Diseberang jalan rupanya telah ada satu rekannya menanti menggunakan motor. Mereka pun melesat dan menyalip menghilangkan jejak serta masuk gang demi gang  dan tak diketahui lagi ke mana perginya.

“Makasih ya, Mas.” Raka ikut bersyukur.

“Sama-sama,” Caesar senyum, “lain kali hati-hati dikeramaian seperti ini. Jangan autis dengan gadgets. Jadi lupa semuanya…”

“Iya…” Kesya digurui.

Busway jurusan Harmoni - Blok M melaju lambat. Masyarakat kembali tenang. Diam-diam mereka salut pada Caesar. Zaman sekarang jarang ada pemuda seberani dia yang mau berkorban membela orang yang belum dikenalnya.

“Oh ya, kita belum kenalan. Saya Caesar Adytia. Nama kamu siapa?” Caesar mengulurkan tangan pada Kesya.

“Kesya…” Kesya membalas jabatan tangan itu.

“Nama yang cantik seperti orangnya…” goda Caesar membuat pipi Kesya memerah malu.

“Saya Raka. Sahabat Kesya.” Raka juga mengulurkan tangan yang kemudian disambut Caesar. Sejujurnya Caesar tidak tahu kalau Kesya membawa teman. Sejak tadi diperhatikan Kesya autis dengan musiknya seperti sedang pergi sendiri.

“Kalian lama bersahabat…?” lanjut Caesar.

“Kami sahabat dekat sejak SMP…” jawab Raka.

“Sahabat dekat? Seberapa dekat?” selidik Caesar.

“Ya, sedekat sekarang, hehehehe…” canda Raka.

Kesya tersenyum simpul.

“By the way, saya turun di koridor Karet. Kalian mau ke mana?”

“Kami mau ke Blok M.” jawab Raka lagi.

“Ke Blok M ngapain, Kesya?” Caesar agak kesal juga semua pertanyaan dijawab Raka. Ia ingin bicara dengan Kesya.

“Kami ada acara seminar dari kampus,” Raka lagi yang menjawab. Kali ini Caesar mengacuhkan Raka. Ia hanya peduli pada Kesya. Kalau bisa Raka diam saja.

“Saya harus turun di depan. Ini kartu namaku. Jika butuh apa-apa hubungi aku…” sekali lagi cuma Kesya!

Kesya mengambilnya.

“Aku turun, bye!” Caesar turun bersama yang lain namun sepanjang perjalanan koridor matanya terus memandang gadis cantik itu sampai busway lenyap. Begitu juga Kesya hanya saja ia malu-malu membalas tatapannya.

Setelah semua orang dalam bus tenang dan tidak ada yang memperhatikannya lagi Kesya membaca kartu namanya, “Caesar Adytia…personal manager, bekerja disebuah majalah Up To Date Criminal! Up to date criminal?! Itu kan majalah kriminal ternama di Jakarta…? Oh my God, semuda itu sudah jadi manager? Udah ganteng, wibawa, pemberani, penolong lagi….!”

“Cieeee…yang dapat perhatian khusus…” ledek Raka.

“Iiiihhh…Raka, apaan sih…” Kesya malu.

“Cieee…cieeee…mukanya merah tuh. Kayaknya bakalan ada puisi baru nih. Judulnya ‘cintaku terpaut di halte busway’ jadi kepingin nyanyi. Lagu siapa yang tepat ya. Oh iya, ‘Sang  Dewi’-nya Titi Dj…

“Walau pun dirimu tak bersayap
Ku akan percaya kau mampu terbang
Bawa diriku tanpa takut dan ragu…
Walau pun kau bukan titisan dewa
Ku takkan kecewa karena kau jadikanku
Sang dewi dalam taman surgawi…


“Aaaahhh Raka. Malu nih…” wajah Kesya kian memerah. Dalam hatinya membenarkan meski bukan titisan Dewa tapi Caesar mampu menjadikan Kesya seperti sang Dewi yang dilindunginya dengan segenap hati. Kesya menyebut nama itu sekali lagi, “Caesar Aditya…”

ISTRI SELINGKUH DENGAN BERONDONG DAN TANTE-TANTE HAUS BELAIAN LAKI-LAKI



ISTRI SELINGKUH DENGAN BRONDONG 
DAN TANTE-TANTE HAUS BELAIAN LAKI-LAKI

oleh Ahmad Suhaimi Banyu Biru


RUMAH besar dan mewah itu tampak begitu sepi dan hening, hanya suara gemericik air dalam aquarium di ruang tamu yang mengisi kedamaian rumah itu, ikan-ikan kecil penuh warna berenang lucu menggemaskan tanpa peduli pemilik rumah datang. Izal melangkah hati-hati agar suaranya tidak terdengar, ditangannya terdapat kue tar dengan dua lilin menyala, lilin dengan angka empat puluh. Ia ingin memberikan kejutan untuk ulang tahun istrinya tersayang, pulang kerja setengah hari, membeli kue ulang tahun yang indah dan akan mengajaknya makan siang bersama di tempat yang telah di pesan sebelumnya. Tempat yang romantis dan special
Izal menghentikan langkah di depan pintu kamarnya, “paling-paling istriku sedang tidur siang, kejutan ini pasti akan membuatnya bahagia dan semakin cinta padaku. Ah, aku tidak sabar ingin melihat ekspresi wajahnya…
Izal ingin mengetuk pintu, tetapi pintu itu perlahan terbuka dari dalam, “oh my God, apakah istriku telah mengetahui rencana ini dan membukakan pintu untukku, sepertinya tidak, karena aku sangat merahasiakannya, atau mungkinkah ia dengar saat aku membuka pintu depan tadi, gagal deh surprise-nya…”
Tetapi tidak, istrinya tidak berada di balik pintu, lalu siapa yang membukakannya, apakah pembantu yang sedang membersihkan kamarnya, tidak mungkin pembantu membersihkan kamar saat istrinya sedang tidur, lalu siapa…? “jangan-jangan istriku lalai mengunci pintu ini saat mau tidur tadi…,” Izal tidak mau menduga-duga lagi, ia segera masuk ke dalam.
Pintu itu semakin terbuka lebar, terbuka sendiri…
Lampu kamar masih padam, cahaya dari ruang tamu membentuk pandangan samar-samar, seorang wanita menggeliat-geliat membetuk siluet di atas tempat tidur…
Izal mencari sakelar, menyalakan lampu kamarnya yang padam, ia tersenyum ikhlas menyuguhkan kue tar serta mengucapkan…
“Selamat ulang tahun, my sweet heart…”
Saat lampu menyala wanita itu memang tengah menggeliat dan merintih, tapi tidak menggeliat sendiri, ia bersama seorang pria yang ditindihnya, keduanya dalam keadaan bugil…
Wanita itu terkejut mendapati lampu menyala, ia menoleh ke pintu, ternyata suaminya tengah berdiri kokoh dan menatapnya geram…
“I-izal..kok ga bilang-bilang pulang cepat...”
Nelly terkejut bukan main, bibirnya gemetar, kondisi tubuhnya tidak stabil, ia mencampakkan pria yang ditindihnya dan mengambil gaun baju-bajunya yang berantakkan di sisi tempat tidur….
Izal masih berdiri terpaku, menatap istrinya heran, pikirannya berkecamuk hebat, ia tidak percaya kalau istrinya yang amat di cintai berselingkuh…
Seorang pria di atas tempat tidur beranjak bangun, memakai bajunya kembali, wajahnya kecewa, belum sampai ejakulasi tapi acara seksnya terganggu, kepalanya pusing dan gusar, “siapa dia, tante? Ngapain masuk kamar segala? Bete ah!”
Menyadari wajah pria itu masih remaja, usianya sekitar 18 tahun, mungkin masih SMA, Izal lebih bersikap menahan emosinya agar tidak meledak, jika ada yang harus disalahkan adalah istrinya, berondong itu belum mengerti apa-apa, apa lagi sampai melakukan hubungan intim dengan wanita yang lebih tua…
“Recky, kamu tinggalkan tante sekarang…!” Nelly memberi perintah pada anak ingusan itu.
“Maksudnya, Tante? Siapa sih Om ini, penting banget gitu ganggu acara kita? Suruh aja dia tunggu di luar. Pokoknya Recky ga mau pergi…!”
“Kamu…!” Izal menatap dan menunjuk tajam wajah Recky, “tinggalkan rumah ini sekarang!”
Di tatap mengerikan seperti itu nyali Recky menciut.
“Recky, cepat pergi! Dia suami saya…,” suara Nelly seperti berbisik, kekuatannya untuk berteriak mengusir Recky seperti lenyap di makan ketakutannya sendiri.
“Suami?!” kini Recky yang balik bertanya pada Nelly, “tante bilang, tante tinggal sendiri! Suami tante kabur sama cewek lain. Tante kesepian makanya tante panggil saya. Tante bohong!”
“Apa benar yang di ucapkan anak ini, Nelly?!” Izal malah mengintrograsi istrinya, baginya tuntutan yang di ajukan Recky barusan adalah alasan mengapa remaja ini mau berhubungan dengan istrinya. Jika tidak dibujuk sesuatu tidak mungkin anak remaja ini mau bersamanya, dan jika tuntutan Recky terbukti maka Nelly tidak bisa dimaafkan…
“Kamu bicara apa, Izal. Anak kecil kayak gini jangan dipercaya…,” Nelly sedemikian rupa membela diri.
Nelly memiliki kecederungan mencintai pria yang lebih muda, dan Izal mencintai wanita yang lebih tua, usia mereka terpaut cukup jauh, sepuluh tahun, Nelly empat puluh dan Izal tiga pulun tahun. Meski begitu Izal sangat mencintainya dengan setulus hati.
“Bohong, Om. Tante Nelly bilang sama saya. Kalo dia tinggal sendiri, ga ada suaminya. Dan saya mau di jadiin temennya, sama mau di kuliahin sampai selesai asal mau nemenin tante terus…!”
“Cukup, Recky! Jangan ikut campur urusan rumah tangga saya. Pergi kamu, dan jangan balik lagi…!” Nelly kian kelabakan mendengar ocehan anak itu. 
“Tante pembohong! Tante sama saja kayak tante-tante girang di luar!”
“Kalau Om kurang percaya. Ini kado yang di belikan tante Nelly buat saya. Dia janji mau kasih blackberry di hari ulang tahunnya, dan hari ini saya mengambilnya.” Recky menunjukkan kado yang isinya blackberry baru, didalamnya ada kartu ucapan kecil dan tulisangan tangan Nelly…
To Recky
Di hari bahagia ini tante ingin bersyukur bahwa kita masih bersama dan akan terus bersama. Dengan BB ini semoga bisa mempermudah komunikasi, kita bisa BBM-an setiap hari…
Be the last my love
Mmuuacchhhh….!
From Nelly

“Jadi selama ini kamu selingkuh di belakang saya, HAH?!” Izal yakin, itu memang tulisan tangan Nelly, ia membanting kado itu ke lantai hingga isinya berantakan ke mana-mana, braaakkkk….!
“Aduh, Om. Ini barang mahal. Lima juta harganya….!” Recky tanpa peduli segera memunguti blackberry yang telah tercerai-berai itu, ia sangat sayang sekali mengambilnya, benda itu yang menjadi impiannya selama ini, ia tidak peduli walau sampai melayani tante-tante asal dapat blackberry.
“Sudah berapa lama kamu main dengan berondong itu? Sudah berapa lama kamu membohongi saya?” plaaaak! Tak pelak Izal menampar juga pipi wanita yang amat dicintainya.
“Ngga, Zal. Saya melakukannya baru kali ini saja…,” Nelly menangis memegangi pipinya yang merah bergambar tangan.
“Recky!” Izal menarik kerah baju Recky yang mendadak ketakutan melihat wajah Izal seperti orang kesetanan, “jawab dengan jujur, sudah berapa lama kamu berhubungan dengan istri saya?!”
“Ba-baru satu tahun….” Recky gemetar.
Melihat wajah polos Recky yang ketakutan tidak tega bagi Izal untuk menghantamnya, batinnya berteriak agar membiarkan anak ini pergi karena dia pasti hanya terbujuk oleh wanita binal seperti istrinya, “baiklah, pergi kamu sekarang juga, sebelum saya membunuhmu!”
Tidak banyak bicara Recky segera pergi, ia bersungut-sungut mengambil blackberry-nya. Tapi sampai di depan pintu kamar balik lagi…
“Ada apa lagi?” emosi Izal kian tersulut melihatnya kembali.   
“S-s-saya ga punya ongkos taxi. Tante Nelly biasanya kasih saya uang, rumah saya jauh om, di Bekasi”
Perasaan tidak tega lagi-lagi menyelimuti hati Izal, ia mengambil dompet dan mengeluarkan uang seratus ribu rupiah, “ambil!”
“Anu…anu, tante Nelly biasanya kasih saya paling sedikit lima ratus ribu, Om. Kalau segini kurang…saya juga belum makan siang…”
“Ambil uang ini, atau saya biarkan kamu pulang jalan kaki, atau saya patahkan kaki kamu sekalian biar kamu pulang ngesot!” makin marah Izal melihat ketololan anak polos itu.
“Iya, iya. Om…terimakasih…,” Recky mengambil uang itu cepat lalu lari terbirit-birit.
Sampai di depan pintu masuk utama sekelompok tante-tante girang yang suka arisan bareng Nelly datang untuk memberikan kejutan di hari ulang tahun sahabatnya.
“Ya ampiiiuuunnnnn, ada berondong ke luar dari rumah jeng Nelly. Lucu lagi…si Nelly biasa aja cari daun muda…,” teriak Juwita sama empat ibu-ibu genit lainnya.
“Hai, tante…,” melihat tante-tante girang, naluri gigolo Recky ke luar.
“Hayooo, habis ngapain di dalem, sampai keringetan gini…,” goda Alce memegang bokong Recky.
“Biasa, setoran mingguan…,” jawab Recky polos, namun terselip bangga dikalimatnya.
“Kuat berapa ronde Nelly sama kamu…?” selidik Juwita sambil berkedip ke yang lain melihat kepolosan bocah ini.
“Rondenya ga penting, yang penting bayarannya…”
Yang lain berbisik dengan temannya, “kucing teranyata, tapi lumayan juga sih, masih belum pengalaman tuh. Kita kerjain yuk…!”
“Emang di bayar berapa kamu sama tante Nelly,” Alce mengambil dompet Recky tanpa permisi lagi dan mengeluarkan isinya, didalamnya cuma ada uang seratus ribu pemberian Izal dan empat puluh ribu, sisanya receh dua ribuan, “ya ampun, kere amat! Emang kamu ga di bayar sama tante Nelly.”
“Di bayar tante, itu seratus ribu.” Recky merasa tersinggung jika tidak dapet bayaran, dia tidak mau kalau harus make love gratisan. Aku kan cowok bayaran, masa gratis, enak aja!
“Seratus ribu doang, iiiih. Pelit amat si Nelly. Atau kamunya yang maurahan di bayar segitu aja mau, ongkos taxi aja kurang ini sih?” Alce semakin jadi, ia senang mengompori anak yang emosinya masih labil ini, usia 18 tahun, emosi labil, suka tersinggung, suka hal-hal baru, suka tantangan, egois dan sok jagoan.
“Enggak kok, tante. Saya juga dibeliin blackberry baru, ini keluaran terbaru, masih lima jutaan…”
Tante Fla lain lagi, “coba tante pegang, punya kamu gede ngga…” ia langsung memegang selangkangan Recky tanpa permisi, “iihhh, kelinci ah, kecil. Kita-kita sih ga puas kalo main sama yang itunya kecil…”
“Inikah belum idup, ntar kalo udah idup ketagihan deh…,” Recky tetap promosi, egonya tersulut karena dipermainkan, ia harus menujukkan bahwa jadi dirinya hebat, kuat, perkasa, bisa memuaskan.
“Tetep usaha ya brondong ini,” bisik Fla.
“Ya udah ajak kenalan aja…,” ibu Noni senyum jail.
“Iya, lumayan lagi panas-panas gini dapet yang lucu, pegang-pegang aja dulu, kalo cocok baru bungkus…” Fla melanjutkan dengan memegang otot-otot Recky yang tampak masih kecil.
“Nama kamu siapa?” Noni mengulurkan tangan.
“Saya Recky…,” Recky membalasnya yang segera di sambut Fla dan meremasnya. Terang saja Noni cemberut didahului Fla, padahal dia yang menjulurkan tangan duluan.
Alce yang memengang dompet Recky nyeletuk, “siapa namanya, Recky? Bukannya di KTP kamu namanya Udin…”
“Itukan nama Asli…,” protes Recky malu ketahuan berbohong.
Fla masih belum melepas tangan Recky padahal yang lain juga mau salaman, “jadi tante panggil siapa nih, Recky atau Udin?”
“Mana aja boleh, yang penting tante seneng.”
“Emang kamu bisa bikin tante seneng…?”
“Bisalah, tante. Saya kan pengalaman. Buktinya tante Nelly ga mau lepasin saya.”
“Jangan-jangan bukan cuma tante Nelly aja nih langganan kamu. Kan kamu pengalaman…”
“Nggak kok tante, cuma tante Nelly aja langganan saya, suer!” Recky benar-benar tidak sadar kalau sedang dipermainkan tante-tante, berulang kali ia diangkat, di sanjung kemudian dijatuhkan, maka ia sibuk membela diri, memutar kata-katanya agar tetap menarik.
“Usaha kamu boleh juga ya. Nomer telepon kamu berapa…?”
“Catet ya, tante…”
Tante-tante yang lain mengeluarkan handphone juga, dan handphone-nya canggih-canggih semua, membuat mata Recky terbelalak, mereka semua ibu-ibu tajir, kaum sosialita, kaum yang memang kaya sejak lahir, dan tidak tahu lagi mau dikemanakan uangnya. Recky tahu biasanya ibu-ibu seperti ini hanya butuh hiburan, dan itu tugasnya.
“Loh, ngapain kalian ngeluarin hp?” Fla melirik yang lain tidak suka, yang bersikap to the point-lah yang berhak dapet nomer berondong ini, bukan mereka.
“Tadi kayaknya ada miskol deh…”
“Aku cuma mau liat ada bbm masuk tadi…”
“Aku mau liat report sms udah masuk belum…”
“Aku cek e-mail…”
“Aku pikir ketinggalan hpku, ternyata ada…”
Dan banyak lagi alasan lainnya, Fla tahu mereka juga mau menyimpan nomer Recky.
Di saat Recky menyebutkan angkanya para tante-tante segera mencatatnya dan berebutan menghubungi…
“Loh, kok sibuk?”
“Salah kali, ga bisa di hubungi? Sibuk…”
“Recky, yang barusan miskol nomerku ya, tante Juwita, simpen ya…,” Juwita mendahului, dan mencibir yang lain, “kerja cepat dong….”
“Kamu yang duluin?!” Cleo sewot kalah cepat dengan Juwita.
“Ya, udah nanti tante sms ya, kalo ga ada pulsa bilang aja, nanti tante transfer…” Alce membuka peluang.
“Emang kamu mau ke mana sekarang?” tanya Fla yang dari tadi kegatelan nempel Recky terus.
“Pulang, Tante.” Jawab Recky sambil senyum.
“Rumahnya di mana?”
“Bekasi.”
“Oh, tante juga mau pulang ke Bekasi. Bareng aja yuk,” Fla segera menarik tangan Recky dan membawahya pergi dari wanita-wanita genit itu.
“Loh acara ulang tahun Nelly gimana, Jeng?”
“Salamin aja dulu, ada yang lebih fresh! Sayang kalau dilewatkan…”
“Fla, bukannya rumah kamu di Mangga Dua?”
“Searah, Jeng. Dari Bekasi muter lagi, usahalah,” Fla melengagang sambil merangkul Recky pergi. Recky yang mendapatkan mangsa baru langsung bangga.
“Dasar gatel,” cibir yang lain.
Alce tersenyum, “psssssttt, tenang aja. Dompet berondong itu ada sama aku, mudah-mudah di jalan ada rajia, kalo si berondong itu ga ada KTP kan bisa di tahan mereka, biar tahu rasa, gatel sih, hihihihi….”
“Hihihihihi…” yang lain ikutan tertawa.
Sementara di dalam kamar Nelly. Wanita itu duduk di sisi tempat tidur sambil menangis, “maafkan aku, Zal. Aku tidak bermaksud menyakitimu…”
“Kamu benar-benar tega, Nelly. Selama ini aku percaya kamu, aku selalu menjaga hubungan kita di mana pun aku berada. Tapi apa yang kamu lakukan dibelakangku? Aku tidak mengira kamu serendah ini….”
“Maafkan aku, maaf…”
“Jujur, aku lebih baik kau bunuh dari pada kau hianati…,” Izal mengambil gunting di laci meja hias, dan menyodorkannya pada Nelly, “bunuh aku sekarang…”
Nelly memeluknya, “maafkan aku, Zal. Maaf…”
“Aku tak kuat kau perlakukan seperti ini…,” Izal melepaskan pelukan itu.
Teman-teman Nelly mulai memainkan piano di ruang tamu dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun karya Kahitna buat Nelly….
“Lihat, teman-temanmu di luar, mereka tahu keadaanmu malah bernyanyi. Apa teman-teman seperti itu yang kau pilih, tidak adakah perempuan-perempuan yang lebih berpendidikan yang lebih layak kau jadikan teman. Mengatas namakan sosialita, padahal sikap mereka tidak ada jiwa social sama sekali, mereka hanya suka hura-hura dan menghambur-hamburkan uang. Sejak bergaul dengan mereka sikapmu terkontaminasi dan berubah, yang kamu lakukan sekarang adalah efek dari semua itu, mereka yang menjerumuskanmu jadi tante-tante girang, padahal aku tahu kamu tidak seperti ini…!”
“Jangan salahkan mereka. Mereka teman-teman baikku, mereka tidak ada di antara masalah kita…lagian kamu juga kan yang melarang aku bekerja dan santai saja di rumah agar aku bisa hamil, aku bosan menunggu kehamilanku yang tidak juga datang. Atau jangan-jangan, kamu mandul?”
“Dalam keluargaku tidak ada yang mandul!”
“Madul tidak hanya factor genetik, mandul juga bisa dipengaruhin aktivitas sehari-hari, karena kesibukanmu kerja, pergi pagi, pulang malam, membuat vitalitasmu terganggu…”
“Aku sering memintamu konsultasi ke dokter, tapi kau lebih sibuk dengan teman-teman arisanmu…”
“Aku setiap hari menunggu kamu agar kita konsultasi sama-sama tapi kamu malah sibuk kerja dan kerja, bosan aku di rumah sendirian, cuma mereka teman hiburanku!”
Fine, kamu selalu membela mereka, teman-teman sosialitamu, kaum jetset, kalangan terpandang. Itu kan yang membuatmu bangga?” Izal mengemasi semua bajunya ke dalam travel bag, “aku sadar…kita memang tidak cocok!”
“Apa yang kamu lakukan…?” Nelly panik melihat sikap suaminya.
“Tampaknya kamu lebih bahagia dengan teman-temanmu. Aku tidak ada artinya di sini. Sebaiknya aku pergi saja, agar kamu bebas dan tidak ada yang melarang lagi bergaul dengan siapa pun, kamu juga tidak perlu bersembunyi-sembunyi membawa berondong ke rumah, dan ML ditempat tidur kita. Aku tidak mau tersakiti untuk yang kesekian kali, cukuplah ini yang terakhir…”
“Kamu bicara apa? Kita bisa selesaikan ini baik-baik.”
“Hal terbaik adalah pisah!” Izal membuka pintu kamar, tapi Nelly memeluknya dari belakang dan melarang suaminya pergi.
“Jangan pergi, Izal. Kumohon…” Nelly tidak ingin melepas pelukan itu, bertepatan dengan pintu kamar yang terbuka, teman-temannya segera menyanyikan lagu selamat ulang tahun begitu meriahnya menyambut Nelly.
“Iiiihhhh…romatis banget…” seru Juwita.
“Gila ya si Nelly ganteng banget suaminya…”
Izal melepaskan pelukan Nelly, “aku pergi…”
Nelly menanggis.
“Pasti lagi acting deh buat ngerajin kita. Nelly kan jagonya acting. Kita-kita tidak bakalan kena tipu, apa lagi di hari ulang tahunnya, pasti deh kita dikerjain…” seru Cleo tidak yakin yang dilihatnya benar, karena dihari ulang tahun tidak mungkin Izal berkelahi.
Lain lagi komentar Noni, “keren banget suaminya Nelly, lebih cakep aslinya di banding foto. Mau dong gue sama dia….”
“Selera kamu kan brondong…?” sindir Alce.
“Tapi kalo cakep kayak gini, aku juga mau, Jeng. Liat deh, doi smart, cool, handsome, rich...”
“Si Nelly sempurna ya, dapet suami ganteng, lebih muda, fresh, kaya, romatis lagi…tapi kenapa masih suka berondong juga ya…” kata Cleo.
“Mungsin saja mereka threesome, main bertiga…”
“Kenapa harus cari berondong?”
“Mereka ada kelainan kali, phedopilia, suka sama anak-anak…”
Phedopilia buat kelaian sex tertarik pada balita…kalo berondong bedalah.”
“Bedanya, apa?”
“Bedanya kalo berondong itu lifestyle. Trend in.”
“Alah, ga mesti lifestyle atau trend in. Nelly emang lebih suka yang muda-muda, liat aja lakinya masih masih muda dan gagah begitu?”
“Iya, mau tuh gua sama lakinya..” sahut Cleo juga.
“Tuh kan mulai deh…” Juwita melirik tidak suka, kalo liat laki yang bening sedikit saja langsung mupeng…
Anyway, lakinya Nelly mirip Ricky Martin ya. Gua suka, cooooollll…”
“Ricky Martin kan gay…”
“Eh, siapa tau aja ketemu gua sembuh…”
“Iiiih situ cantik?”
“Ricky Martin tuh suka sama yang dadanya berbulu, berjakun, dan berotot. Nah, kalo lo mau jadi pacar Ricky Martin tumbuhin aja bulu di dada lo, gedein otot lo, tumbuhin deh jakun di leher lo…”
“Ihhhhh…amit-amit kalo dada aku berbulu, Jeng…”
Izal terus melangkah keluar tanpa peduli ocehan tante-tante di ruang tamunya, sementara Nelly terus mengejarnya.
“Udalah, Nelly. Ga usah acting lagi, kita udah tau ini pura-pura, kamu lagi ngerajin kita-kita kan?” teman-teman Nelly tengah mempersiapkan makanan di atas meja yang di bantu pembantu rumahnya, mereka segera mempersiapkan acara ulang tahun itu.
Noni, tante gendut, melihat kue tar yang dibelikan Izal untuk Nelly tadi, tertelak di meja hias kamarnya, “jeng-jeng, liat deh, katanya Nelly usia yang ke tiga puluh, ini kok empat puluh…”
“Psssstttt….biasalah, biar keliatan muda sedikit…”
“Selama ini kan dia selalu treatment wajah, biar berondong-berondong ga keliatan jalan sama ibu-ibu di mall, hehehehe….”
“Pasti enak deh kuenya, coba ah.”
“Iiihhh, itu kan buat nanti…”
“Sedikit doang, kok. Habis menggoda banget, pasti mahal nih.”
Yang lain juga ikut mencoba sampai tinggal separuh, “iya nih, pasti di pesen khusus dari restoran berkelas.”
Nelly menarik Izal untuk tidak pergi, tapi Izal tidak peduli, tekadnya untuk meninggalkan perempuan ini sudah bulat, jika Tuhan telah menentukan takdir, siapa pun tidak akan bisa menghalanginya.
“Nelly, maafkan semua kesalahanku selama kita hidup bersama. Maaf jika aku belum bisa memberikan keturunan untukmu. Ada ada baiknya jika seperti itu. Hari ini, saya Izal Suhendra, membebaskanmu dari ikatan sah pernikahan. Aku memberikanmu talak satu. Kita bercerai. Dan mulai saat ini kita tidak ada ikatan suami-istri lagi. Aku pergi… ”
Kata-kata Izal bagai petir disiang bolong, seketika itu juga Nelly lunglai tidak berdaya...
“Nelly? Nelly? Kamu tidak apa-apa?”
“Izal menceraiku…” Nelly menanggis.
“Ini bukan acting,” bisik yang lain.
Diam-diam mereka bersyukur, karena dengan begitu tidak ada yang memiliki suami di antara mereka, dan lebih baik seperti itu, karena bagi mereka suami adalah pemuas nafsu belaka, dan nafsu bisa di beli sesuka hati, mau yang muda, tua, di zaman ini asalkan punya uang semua bisa terpenuhi, tinggal pilih pria mana yang mau menemaninya, tua, muda, remaja, local, blasteran, atau internasional, semua tergantung bayaran…
It’s the time, langkah pertama sudah berjalan sesuai rencana, pisahkan Nelly dari Izal, buat keluarga mereka berantakan hingga bercerai, di antara kita tidak boleh ada yang bersuami. Sekarang langkah kedua, kita taruhan, siapa yang bisa dapetin Izal kepelukan salah satu di antara kita, maka wanita tersebut mendapatkan hadiah mobil Toyota Arfard.”
“Oke, setuju. Tapi jangan sampai rencana ini bocor ke Nelly.”

“Jika ada yang membocorkan, maka kita sewa orang untuk memutilasi wanita itu sampai wujudnya tidak bisa dikenali lagi…”